Kamis, 25 Desember 2014

Duhai Sampaikanlah

Duhai Sampaikanlah

Duhai dara, sampaikanlah..
Sampaikan segores baktiku di air mukanya
Jangan. Janganlah kau endap di sangkar
Tidak. Ramuan hati tak awet mengakar

Duhai rembulan, sampaikanlah..
Sampaikan suryamu di kalbunya
Jangan. Janganlah kau endap di angkasa
Tidak. Cahaya bening sejuk terasa

Hening. Sepi. Bisu.
Suara jangkrik menampar sendu
Langit menatap muka nan sayu
Pilu  hati tertusuk tombak batu

Duhai, bisukah kau wahai dara ?
Hey, tulikah kau wahai bulan ?
Nona bertanya asa terhenyak
Nafas bisu menderu menerpa

Ulangi lagi. Sampaikanlah..
Sampaikan sesal dan maafku untuknya
Duhai, sampaikanlah!
Sampaikan cinta lama beralas doa

Terlambatkah ?
Berjuta ‘Ah’ kulontar mengiris noktah
Beribu peluru kuhantar  menyayat nanar
Sampaikah, Bunda ?

Dimuat di  : http://www.sejutaekspresi.com/tulisan/duhai-sampaikanlah/

Kamis, 04 Desember 2014

Jangan Jadi Penulis



Ucapan beliau cukup membuat dadaku berdegub kencang. Bukan. Aku tidak sedang jatuh cinta. Hanya saja terdiam, menelan ludah, menelisik lagi niat dalam hati. Menghapus tulisan-tulisan buruk yang terpampang di kronologi Facebookku. 

Membuat gumpalan daging dalam dada bertanya “Sudah benarkah niatnya ? Apakah yang kuharapkan hanya anggapan orang-orang ? Popularitas ? Dunia ?”

“Wah dia seorang penulis ! Sungguh hebatnya ia..” Itukah yang kumau ? Lantas aku bertanya pada hati. Entah ia menjawabnya dengan apa, tapi aku menemukan jawabannya. Ah, ternyata aku salah ! 

Astaghfirullah..

Aku harap aku tidak sedang lupa pada hadits yang seringkali terngiang. Bahwa segala sesuatu tergantung niatnya. Sungguh baik jika niat seorang penulis karena ingin menebarkan hikmah, inspirasi, ilmu yang bermanfaat bagi yang lain. Bagaimana jika bukan itu ?

“ Setiap kita terlahir sebagai seorang penulis,  menulis tidak membutuhkan minat dan bakat, tapi ketekunan dan keuletan. Maka persiapan untuk menulis, harusnya menuntut ilmu terlebih dahulu.” 

Kira-kira begitu kata beliau. 

“Kalaupun cita harus dikubur hidup-hidup, kita masih bisa memberi bunga di atas makamnya. Benarlah beliau. Apalah arti sebuah karya tanpa kemanfaatan, tanpa keikhlasan, tanpa ilmu..”

Rabu, 22 Oktober 2014

Manfaat Organisasi Itu..



“Nggak capek kah ya ikut organisasi ? Banyak banget kegiatannya. Jadi panitia, koordinator acara, nyari-nyari dana buat ngadain event yang nggak seberapa, ngomong di depan umum sampai gagap-gagap meski audiensnya nggak banyak, udah gitu sukarela, alias nggak dibayar pula”.

Dua tahun lalu, ketika teman-teman melemparkan pertanyaan semacam itu saya tidak bisa menjawab. Kalau dipikir, benar juga apa yang dikatakan. Tapi saya selalu mengingat pesan senior saya sewaktu duduk di bangku SMA, “ Ingat pesan mbak ya dek, segala bentuk kegiatan  yang kita lakukan ini tidak sia-sia. Kita bekerja untuk mewujudkan visi organisasi, demi kebaikan. Mungkin manfaat itu belum bisa dirasa saat ini, tapi nanti”, begitulah kira-kira pesan beliau. 

Berdasarkan pengakuan teman saya, baik yang duduk di bangku SMA, mahasiswa,  maupun pekerja, sebagian berpikir bahwa berorganisasi sambil bersekolah, kuliah, apalagi bekerja  itu menyusahkan. Iya, saya rasa pendapat itu benar. Namun, tentu semua bisa diatasi dengan manajemen waktu yang baik, yang saya pun masih belajar untuk itu.

Kalau ada yang bilang bahwa kuliah itu hanya duduk di kelas saja dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik, saya kurang sepakat. Karena belajar tak hanya bisa di lakukan di kelas, kita bisa belajar dimana saja. Dan ada hal-hal tertentu yang tak bisa kita pelajari hanya dengan duduk di kelas, salah satunya adalah softskill, yaitu suatu kemampuan untuk mengendalikan emosi dalam diri,  dapat menerima nasehat orang lain, mampu memanajemen waktu, dan selalu berpikir positif. Itu semua bisa didapat jika kita mau keluar dari zona nyaman, berorganisasi.

Sesungguhnya bukan hanya itu manfaatnya, ada beberapa hal yang kiranya akan kita dapat jika kita mau menyibukkan diri dengan berorganisasi, tentunya organisasi positif, yaitu :

1.       Luas Jaringan

Meski tidak terkenal, setidaknya dengan berorganisasi kita cukup banyak mengenal orang-orang baru yang ada di sekitar. Dan bisa jadi orang-orang yang kita kenal bukanlah dari kalangan biasa, entah itu pengusaha, dosen, penulis, reporter, atau ustadz. Dengan luasnya jaringan pertemanan, kita akan mudah untuk saling bantu-membantu dan belajar dari mereka yang telah sukses.

2.       Kemampuan Komunikasi

Dengan aktif di organisasi, kita dituntut untuk bisa mengemukakan pendapat, membaca sesuatu di depan umum, memimpin rapat, dsb. dengan tidak memandang seberapa pemalunya kita. Hal ini tentu akan mengasah kemampuan berbicara kita. Meski awalnya takut, panas dingin, malu, bahkan sampai pingsan (hehe), tapi semakin bertambahnya ‘jam terbang’untuk berbicara di depan umum, insyaallah kemampuan bicara kita akan semakin baik. Bahkan bisa menjadi seorang pembicara atau mentor.


3.       Jiwa Kepemimpinan (Leadership)

Ternyata tugas menjadi penanggungjawab atau koordinator acara dalam suatu event yang notabene tidak dibayar itu membuat seseorang  lebih percaya diri untuk menanggung beban. Ketika sudah percaya diri dan mampu bertanggungjawab, biasanya kita akan lebih mudah untuk memimpin, cerdas dalam mengambil keputusan, yang tentunya sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari.

4.       Membentuk Karakter

Dengan tergabung dalam lingkaran organisasi, kita akan lebih sering berinteraksi dengan orang-orang baru yang tidak kita kenal sebelumnya dengan berbagai karakter. Dan sudah menjadi rahasia publik, ketika kita berkumpul dengan orang baik tentu kita akan tertular menjadi baik, begitu pula sebaliknya. Karenanya, kita harus meneliti lagi organisasi apa yang kita ikuti, apakah mengarah pada sesuatu yang positif atau tidak. Tentu kita bisa menilai.

5.       Menambah Keterampilan dan Ilmu Pengetahuan

Biasanya dalam suatu organisasi ada agenda khusus  untuk mengembangkan skill dan pengetahuan para anggotanya, misalnya keterampilan public speaking, menulis, tahsin, menjahit, memasak, dll. yang semuanya gratis. Dengan berorganisasi, kita juga akan terbiasa dengan kegiatan diskusi-diskusi yang sehat. Dengan begitu, tentu ilmu dan keterampilan kita kian bertambah.

6.       Ajang Latihan Dunia Kerja

Bagi saya, berorganisasi sama saja dengan bekerja. Toh tujuannya sama-sama untuk mencapai visi tertentu. Yah, memang perbedaannya hanya  terletak pada bayaran, dalam organisasi jangan berharap upah, namun pengalaman. Salah satu contohnya, kita jadi paham prosedur membuat proposal bantuan dana, paham cara kerja event organizer, dsb.

7.       Pahala 

Dengan berorganisasi, kita belajar untuk bekerja dengan niat ikhlas tanpa mengharap bayaran. Bekerja atas dasar ingin mewujudkan visi-misi kita sebagai manusia, yaitu bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Semoga semua tetes keringat yang mengucur akan diganti dengan pahala. Aamiin.

Sekarang saya baru sadar pentingnya berorganisasi, berkumpul dengan orang-orang yang semisi. Dan melihat sendiri bukti dari ucapan senior saya yang sekarang menjabat sebagai kepala departemen kemuslimahan di LDK (Lembaga Dakwah Kampus) kampusnya di Samarinda. Sejak di bangku SMA beliau memang aktif dalam organisasi, salah satunya ROHIS (Rohani Islam). Beliau juga menjuarai beberapa lomba debat bahasa inggris, baik tingkat kota, maupun nasional. Dan terbukti, bahwa keikhlasan kerja beliau yang lalu, Allah ganti dikemudian hari. Itu baru di dunia, belum lagi di akhirat kelak. Ya udah, tunggu apa lagi ? Nyok semangat berorganisasi  !

Minggu, 19 Oktober 2014

[Catatan Perjalanan] Pada Akhirnya, Kita Harus Percaya..

Catatan Perjalanan

Pada Akhirnya, Kita Harus Percaya..


Semua karyawan telah berkumpul, membawa barang-barang yang telah terdaftar dalam checklist. Jas hujan, perlengkapan shalat, Al-qur’an dan Al-Ma’tsurat, perlengkapan mandi, pakaian ganti, dll. cukup membuat tas kami gembung. Yang kami tahu, kami akan menginap.

Jam yang tergantung di dinding kantor menunjukkan pukul 14.00 Wita. Kami masih penasaran, akan kemanakah tujuan perjalanan kami siang ini.  Pihak panitia sengaja tidak memberi tahu kami mengenai tempat dan susunan acara, sontak ini membuat kami bertanya-tanya dan antusias.

Setelah sebuah bus berwarna abu-abu bertuliskan POLDA singgah di hadapan, kami mulai menerka-nerka. Terbesit dalam benak kami, bahwa kami akan menjalani serangkaian proses latihan fisik yang dibantu oleh para polisi. Wih, betapa menegangkan saat-saat membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.



Diawali dengan doa bersama, bus kami mulai meluncur. Sempat terdengar kabar bahwa kami akan melakukan outbound di Pantai Lamaru Balikpapan. Tapi entahlah, hal yang terpenting bagi kami adalah kebersamaan. Kami terkaget-kaget ketika bus yang kami tumpangi berhenti di suatu sekolah. Bukan. Bukan sekolah kepolisian atau semacamnya. Kami akan menginap disini, di SMK  Negeri 5 Balikpapan.

Setelah upacara pembukaan outbound, panitia memeriksa tas kami. Mengeluarkan barang-barang yang tidak tercantum dalam checklist. Ponsel, selimut, bantal, makanan, atau apapun yang tidak tercantum dalam checklist barang bawaan, akan disita sementara oleh panitia. Itu artinya, selama menginap disini kami tidak berkomunikasi dengan teman atau keluarga.  Suatu hal yang tidak biasa bagi kami. Atau hanya saya, karyawan baru.

Selama kegiatan, kami ditantang dengan beberapa target. Yaitu membaca Al-qur’an 1 juz dan Al-Ma’tsurat, menghafal nama dan alamat teman lain, dll.

Setelah shalat ashar berjama’ah, kami melakukan kegiatan outbound dengan dibagi menjadi beberapa kelompok. Sedangkan saya adalah salah satu anggota dari kelompok 5 (akhwat). Sungguh menyenangkan ketika saya bisa memetik makna dari setiap permainan yang ada, salah satunya adalah Trust Fall. Saya harus berani menjatuhkan diri dari ketinggian yang kurang lebih 2 meter, sedangkan beberapa teman yang lain menangkap saya dengan jaring. Ya, hanya 2 meter. Namun, ini tidak semudah yang saya bayangkan. Bagaimana jika mereka tidak menangkap saya ? Ah, sudahlah. Dicoba saja !

Setelah dipastikan aman, pembina kegiatan pun memberi aba-aba,

“ Di bawah, siap ?”

Teman-teman menjawab dengan lantang, “Siap !”

 “Di atas, siap ?”, Menanyakan kesiapan saya.

“Eng....InsyaAllah, siap !”

Dengan perasaan takut, pasrah, dan percaya, saya pun menutup mata, menggenggamkan tangan, mulai menjatuhkan diri. Pasrah dengan takdir Allah, mencoba melawan perasaan takut, dan percaya bahwa teman-teman bisa menangkap saya, menjaga saya. Dan akhirnya, huwaaaaa ! gubraakkk !

Saya terpejam, menatap langit-langit. Memandang hamparan luas berwarna biru dengan sedikit awan putih menutupinya. Dimana saya sekarang ? Apakah saya masih hidup ? Alhamdulillaah, ternyata masih !

Dan tanpa terasa kumandang adzan maghrib mengundang kami untuk segera menuju rumah Allah, sholat bersama.

Pesan yang tersimpan dalam permainan ini adalah, setiap manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain dalam menaklukan skenario kehidupan. Tak sekadar dipercaya, kita pun belajar untuk mempercayai :)



Balikpapan, 8 Agustus 2014

https://www.facebook.com/notes/rizka-amalia/catatan-perjalanan-part-1/299740883543863

Selasa, 14 Oktober 2014

Tua (belum) Tentu Dewasa, Dewasa (tak) Harus Tua




Mungkin pernah terbesit dalam hati tentang cara menjadi seseorang yang dewasa. Terinspirasi oleh orang lain yang memiliki sikap bijaksana dan mampu mengelola emosi di usia yang terbilang muda. Disadari atau tidak, mungkin kita pernah bertanya dalam hati, “bagaimana bisa dia yang semuda itu memiliki sikap yang lebih dewasa dari saya?”
Sebagai penulis, sebenarnya saya malu untuk mengangkat tema “Dewasa” dalam artikel ini, namun  saya rasa tak salah jika ingin berbagi pengalaman yang semoga bisa menginspirasi para pembaca.  
                Berdasarkan pengalaman hidup, baik murni maupun dari pengalaman orang di sekitar,  saya menyimpulkan ada beberapa faktor yang membuat seseorang menjadi dewasa, yaitu :
1.       Usia
Semakin tinggi angka usia seseorang, maka akan semakin tinggi tingkat kesadarannya akan cara bersikap, menghadapi permasalahan, dan mengambil keputusan. Pola berpikir kita ketika duduk di bangku SD tentu berbeda dengan ketika kita sudah menyandang status sebagai mahasiswa. Sebagai contoh, ketika  kecil kita selalu menuntut apa yang kita inginkan agar segera terpenuhi dan jika tidak, kita akan menangis sebagai wujud atau ekspresi kekecewaan. Berbeda dengan sekarang, kita sudah memahami hukum-hukum alam, bahwa tak semua yang kita harapkan dapat kita capai.

2.       Masalah
Seorang yang sedari kecil sudah terbiasa menghadapi berbagai persoalan hidup dan mengatasinya sendiri tentu akan jauh lebih berpengalaman dari mereka yang selalu lari dari masalah. Percaya atau tidak, cobaan yang Allah berikan kepada hamba-Nya bukanlah untuk menyusahkan kita, melainkan untuk menguji dan membentuk kedewasaan itu sendiri.

3.       Teman
Sebagai seorang muslimah, saya meyakini apa yang disebutkan dalam suatu hadits, bahwa kepribadian seseorang tergantung dari siapa ia berteman. Seorang yang bersahabat dengan seseorang yang memiliki kepribadian dewasa, maka sedikit banyak ia akan menjadi seseorang yang dewasa pula. Sahabat yang dewasa akan selalu mengajak kepada kebaikan, karena salah satu ciri seorang yang dewasa adalah mampu membedakan antara hal baik dan buruk. Teman yang dewasa akan selalu mengingatkan ketika kita salah.

Dari sekian banyak faktor yang membuat kita dewasa, tentu yang terpenting adalah faktor dari dalam diri kita sendiri. Allah tidak akan mengubah keadaan kita, kecuali kita yang berusaha untuk berubah. Semoga kita semua bisa menjadi seseorang yang lebih dewasa lagi dalam berpikir, bertindak, dan mengambil keputusan. Aamiin.

Balikpapan, 15 Oktober 2014

Minggu, 20 Juli 2014

Akar, Daun, dan Buah



Rupanya takdir yang menghantarkan saya  bekerja di  lembaga pendidikan memberikan banyak pelajaran. Sekolah ini tak hanya berhasil mendidik siswa, tapi juga perangkat-perangkat di dalamnya. Karyawan dan warga sekitar.


Ah, dunia ini memang tempat untuk belajar. Apapun itu. Jika kita mau mengambil pelajaran. Hal-hal unik terkadang berseliweran di depan mata ibarat debu, namun kita tidak sempat mengambil jeda sejenak untuk memetik hikmah dari setiap drama kehidupan yang Allah beri. Rugi rasanya menghapus air mata demi sinetron di televisi. Hehe.

Jumat, 23 Mei 2014

E M B U N

E m b u n . . .

Ah, sungguh malu mendeskripsikan tentang ciptaan Allah yang satu ini. Malu sekali. Bagaimana tidak ? Lihat saja dia, sederhana. Tidak percaya ? Esok pagi, buka saja jendela kamar lantas lihatlah ke luar. Perhatikan sejenak dedaunan hijau itu, adakah setetes air bening disana ? Jika ada, dekatilah. Ia sederhana bukan ? Tanpa warna, polos, bening. Tapi memesona, menyejukkan hati yang memandang, menyegarkan alam, indah sekali. Meski tanpa warna, tanpa perlu crayon, cat air, cat minyak,  ataupun cat-cat lainnya. Kita harusnya tahu,  justeru  kepolosan, kebeningan, juga kesederhanaan itulah ia terlihat indah. Sejatinya sederhana itulah makna keindahan. Maka aku malu ketika aku harus memiliki pakaian mewah, perhiasan mahal, dan make-up tebal terlebih dahulu untuk bisa merasa indah.

E m b u n . . .

Aku sedih untuk kedua kalinya karena menyebut kata itu. Dan untuk kedua kalinya juga merasa malu. Bagaimana tidak ? Ia mampu bertahan di atas daun yang hijau, ranting-ranting, rerumputan, menempel pada kaca-kaca yang berdebu atau bahkan daun yang kering hanya untuk memberi kesejukan. Ia tidak pernah memilih atau sekadar menyeleksi akan kemana ia menempel.

Kamis, 15 Mei 2014

Iman dan Godaan

Ketika suatu bangunan goyah,mungkin ada yang salah dengan pondasinya
Jika pondasi itu tersusun dari bahan berkualitas,maka kokohlah bangunannya
Ia dapat menahan beban konstruksi,beban angin,beban gempa,dll.

Ketika diri mulai goyah,mungkin ada yang salah dengan niat
Jika niatnya lurus,pastilah kokoh pendirian itu
Hingga dapat menahan beban hidup di pundak

Jadi jika suatu bangunan retak,atau bahkan roboh karena angin
Jangan salahkan angin,karena bisa jadi pondasinya lemah

Begitu juga kala diri mulai goyah,bahkan runtuh
Jangan salahkan godaan orang lain,bisa jadi tameng diri yang lemah


RA

Masa Transisi

Ketika masa transisi berlangsung,peralihan kanak-kanak menuju dewasa
Godaan datang dari arah manapun,entah dari luar maupun dalam diri

Ibarat kapal sedang berlayar,godaan terbesarnya ialah angin kencang
Deru angin menghempas bahtera dari arah tak terduga,entah timur atau barat

Mungkin salah satu godaan terbesar itu bernama cinta
Entah itu cinta monyet atau sekelas cinta gorilla

Kita belajar,bahwa inti kedewasaan ialah pengendalian diri

R.A

Kuakui ! Pena Memang Munafik..

11 Mei 2014 pukul 7:26

Begitu mudahnya menuliskan,
Namun tak mampu jua melakukan..
Sajak nasihat begitu indah tertorehkan,
Namun sayang, bukan cermin kepribadian..

Tersedak, pena terhenti kehabisan tinta..
Tertunduk, lidahnya perih, kelu teriris sembilu..
Terengah, harapnya hilang, jemari tak selentik dulu..
Terdiam, menelan ludah, lantas menyobek kertas –kertas kosong..

Karena, hal baik terlintas seketika tergores oleh pena..
Biarlah tintanya membasahi kertas yang kering..
Kertas berbisik, sungguh munafiknya pena..
Kau basahi aku, namun kau biarkan dirimu kering kerontang..

Tersedak. Tertunduk. Terengah.  Lantas terdiam seribu bahasa..         
Pena  berbisik lirih pada kertas,
Aku hanya ingin abadi..
Biarkan aku menari diatasmu..

“Karena  pena hanya ingin menulis,
bukan soal bagaimana pena mengubah tulisan,
namun tentang bagaimana tulisan itu mengubah pena”

-RA-

Senin, 05 Mei 2014

Wah ! Universitas Gratis..

Guys, ternyata sungguhan ada ya universitas gratis itu !

Tak perlu uang banyak, aku hanya membayar dengan senyum, salam, dan seteguk air untuk dosennya. Hanya dengan datang, menunggu, duduk, lalu menyimak setiap kalimat dan candaan yang keluar darinya.

Wisudanya pun tak perlu menunggu lama, satu atau dua jam saja cukup. Hanya duduk lalu dengarkan dosennya berbicara, simpan baik-baik setiap kalimatnya dalam hati lantas laksanakan dan sebarkan. Sudah tak perlu muluk-muluk, itu saja cukup.

Setelahnya, aku boleh pulang membawa gelar sarjana.

Alhamdulillah, semuanya gratis. Dan yang paling kucintai adalah dosennya, ia ramah dan bersahaja. Memberiku mata kuliah yang belum pernah kujumpai di kampus lain, bahkan Harvard University sekalipun.

Ya, kau benar ! Mata kuliah ikhlas..

Dia benar-benar “dosen” terbaik di universitas kehidupan. Subhanallah..



Salam Rindu,

Mahasiswi baru

Sabtu, 03 Mei 2014

Soal Perhatian

Adakalanya orang yang benar-benar perhatian justeru tidak menampilkannya. Sunyi, senyap, bersembunyi di balik tembok besar, takut sekali ketahuan ngintip. Ketika yang diintip berjalan ke arahnya, ia justeru berbalik arah bahkan lari mencari tembok-tembok persembunyian lain.

Menikmati proses memberi perhatian tanpa mendapat perhatian dari orang yang diperhatikan. Ia akan tetap bersembunyi di sana, di balik tembok besar itu. Menjaga-jaga jika suatu saat makhluk istimewa yang diperhatikannya dalam bahaya.

Maka pada detik-detik keberadaannya begitu dibutuhkan, barulah ia menampakkan diri. Akhirnya yang diperhatikan tadi tahu bahwa ada orang yang sedang memperhatikannya, menjaga, melindungi, namun tetap anggun tersembunyi dalam dalam diam.

Apalah guna memberi perhatian palsu pada seseorang ? Boleh jadi kita mendapatkan perhatiannya. Sayang sungguh sayang perhatiannya pun sama, palsu.

Pahamilah, orang yang sungguh-sungguh perhatian justeru tidak berharap dirinya diperhatikan. Karena paham betul , bahwa memperhatikan bukanlah untuk cari perhatian.

Dan kita tahu, bahwa diam bukan berarti tidak memperhatikan.

Bahwa perhatian bukan harus sesuatu yang terlihat.

RA

Rabu, 02 April 2014

Mengalah untuk Menang

Terkadang,tanpa sadar
Kita berkompetisi untuk mendapatkan sesuatu
Yang sejatinya tak berarti bagi kita
Hanya sebatas tak rela untuk kalah

Setelah mendapatkan,apakah akan bahagia ?
Mayoritasnya tidak
Apakah puas ?
Tidak juga

Terkadang kita lupa
Bahwa cara terbaik untuk menang adalah dengan mengalah
Maafkan,lepaskan,ikhlaskan
Dengan begitu,kita memenangkan kompetisi ini
#Akurapopo

Orang Tua Awam


Tak salah jika buah ingin jatuh jauh dari pohonnya
Jauh sekali,bahkan lupa caranya bagaimana bisa ia jatuh

Bukankah jatuh itu tak selalu menyakitkan ?
Bisa saja,buah itu jatuh ke tempat yang empuk
Atau bahkan,lebih teduh dari seharusnya
Meski di bawah pepohonan lain

Begitu pula buah hati,

Tak salah jika terlahir dari sosok awwam
Justeru,akan paham hakikat berjuang memperbaiki diri
Meski melalui ayah/bunda orang lain

R.A Utami : )

Rabu, 26 Maret 2014

Ego Persahabatan

Langkah kecilnya selalu saja membuat orang sekelilingnya berdecak kagum. Dengan kelembutannya dan senyumnya yang khas ia selalu bangga menjadi dirinya sendiri. Tak seperti remaja lainnya yang labil,ia justeru mampu mempertahankan stabilitasnya. Stabilnya berbeda,tak hanya stabil soal pergaulan namun juga stabil dari sisi keimanan. Ya,begitulah pengamatanku.
Diam-diam aku menyimpan rasa iri dengannya. Aku iri ketika ia mampu melantunkan ayat cinta Sang Maha Kuasa dengan merdunya. Menggetarkan dada siapa saja yang mendengarnya. Aku tau itu meski aku tak pernah melakukan survei pada hati setiap mereka yang mendengar lantunan suci dari sosok mungil itu.

Aku bingung,apakah keputusanku untuk iri padanya ini adalah suatu kebaikan. Atau justeru,karena terselip rasa dengki dalam batinku ? Entahlah..

Dia yang selalu saja menampakkan wajah cerianya,selalu menjadi pemula dalam mengucapkan salam,selalu ikhlas kala sekelilingnya butuh. Lagi lagi aku dapat membaca raut wajahnya,terpancar keikhlasan disana.

Aku ! akulah salah satu korbannya. Korban yang tenggelam dalam rasa kagum terhadapnya. Layaknya seekor kucing,pastilah suka jika berada dekat dengan ikan asin. Aku pun mendekatinya,karena aku suka berada dekat dengannya. Ketentraman batin kudapat ditengah hiruk pikuk kehidupan remaja masa kini. Terlebih  lagi di sekolah umum seperti sekolah kami. Dia adalah sosok manis yang langka !

Tiga tahun dekat dengannya bukanlah waktu yang sedikit. Cukup lama dalam perhitungan persahabatan. Sungguh dalam ikatan batin kami. Menyemai suka duka bersama. Atau mungkin tak bersama,bisa saja ia menyembunyikan dukanya. Sedangkan aku selalu berbagi duka,dan satu hal yang takkan pernah ku lupa adalah ketulusannya dalam menolong. Karena setiap yang tulus tak mengharap balasan apapun. Itulah dia ! sosok yang mengajarkan aku arti persahabatan.

"Ketika di berbagai media menayangkan cerita-cerita persahabatan atas dasar kesamaan nasib dan kesolidan. Aku rasa persahabatan kita lebih mendalam dari itu. Bayangkan, persahabatan ini bukanlah soal kesamaan nasib atau derita saja. Lebih kawan ! Persahabatan ini dibangun atas dasar iman,saling mencintai karena Allah." Kalimat yang terbesit dalam benakku.

Namun,tak selamanya suatu hubungan berjalan mulus. Layaknya sebuah jalan besar,ada kalanya jalan itu diguyur hujan,panas terik,atau sekedar rintik-rintik. Satu hal yang biasa ketika ego mengalahkan akal. Dan disini aku baru sadar,bahwa cinta segitiga bukan hanya ada pada telenovela. Ternyata,ada pula istilah segitiga dalam persahabatan. Situasi rumit yang sedikit membuat jarak antara dua orang,hanya karena pihak ketiga.

Coming soon..

Sepotong episode masa SMA bersamamu sahabatku. Sengaja kutuliskan kisah ini,sebagai kado terindah dihari ulang tahunmu Desember nanti. Maafkan aku atas egoku kawan. Aku memaafkanmu,ku harap kau pun begitu..


Muslimah Jangan Kalem !





Wanita terutama muslimah identik dengan sifat lemah lembut atau bahasa inggrisnya 'calm'. Saya sendiri setuju dengan statement  tersebut. Karena fitrah itulah wanita justeru terlihat kuat, jika benar paham tentang arti kekuatan dari sebuah kelembutan. Bahkan Rasulullah yang seorang lelaki pun,mencontohkan pada kita untuk senantiasa berlaku lemah lembut.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (QS Ali Imraan [3]: 159)

Namun,jangan sampai kita salah kaprah soal kelembutan ini. Lembut disini bukan berarti seorang muslimah harus berperilaku manja atau sok imut layaknya seorang balita yang baru tumbuh gigi. Atau harus tersenyum kepada siapa saja di sepanjang jalan. Tapi,kelembutan disini ialah hatinya. Dilihat dari bagaimana ia bersikap bijak dalam mengambil keputusan dan tetap tidak meninggalkan syarat kelembutan.

Tapi nih..
Muslimah jangan CALM !

Jadi muslimah jangan calm ! "Kalau" diajak melanggar syari'atnya (pacaran,-red). Tetaplah tegas,kalau perlu pasang wajah terseram yang kita punya (hehe mantan hantu kali ya). Meski si dia mengaku cinta,namun tak juga datangi walinya. Sudah dipastikan ini modus belaka. Karena,yang kita mau sebagai muslimah adalah menjadi pengisi dalam hidupnya. Bukanlah pengisi kekosongan semata. #tsahhh

So,jadi muslimah jangan calm ! #KalauDiajakMaksiat :)

TAK USAH DICARI !

TAK USAH DICARI ! 


Ramai orang mencari arti sahabat,sahabat setia..
Namun tidak dengan saya !
Ramai pemuda mencari arti cinta,jodoh sejati..
Namun tidak dengan saya !
Bahkan,ramai remaja mencari jati diri..
Namun tidak dengan saya !

Usah dicari,toh hadir sendiri..
Usah dicari,toh fitrah dalam diri..

Ingin tahu sahabat sejati ?
Lihatlah yang hadir dikala susahmu
Ingin tahu jodoh sejati ?
Becerminlah,karena jodoh adalah cerminan diri
Dan jika yang kau cari adalah jati diri..
Sekali lagi,tak usah dicari !

Sebab tanpa kau cari pun,jati diri itu adalah fitrahmu
Telah melekat kuat dalam kepribadianmu
Dan justeru jati diri itu lebih kokoh dari sekedar kayu jati
Tertanam kuat di setiap sum-sum tulangmu

Jangan dicari,namun pilihlah satu
Pilih mu'min ataukah munafiq
Pilih muslim ataukah kafir
Pilih zalim ataukah mukhlis
Pilih alim atau jahil..

Tak usah dicari,namun dipilih...

----------------------------------R.A UTAMI








Senin, 24 Maret 2014

5 ALASAN GAK MAU BERJILBAB

5 ALASAN GAK MAU BERJILBAB


MASIH ALASAN ?? HEHE :)

MARAHMU ADALAH CINTA

 MARAHMU ADALAH CINTA


Ibuku sayang,
Ratusan panah kau tusukkan
Ribuan sajak indah kau untaikan
Jutaan tuduhan manis kau arahkan padaku

Marahlah bu,
Jika rasa tersakiti ini menghapus dosaku
Jika kesedihanku menambah amalku
Jika ini caramu mendewasakanku

Karena,
Marahmu bukan dendam
Marahmu untaian nasihat
Marahmu adalah cinta

Marahlah bu,
Indah  mendengar curahan hatimu
Mengetahui dalamnya rasa kecewamu
Hingga kutahu dimana letak kesalahanku

Marahlah bu,
Biarkan amarahmu itu menjadi tamparan
Biarkan ia menjadi peringatan
Mengingatkan aku akan kejamnya aku

Marahlah bu,
Selagi kau mampu..
Selagi kau disisiku..

Yang kutahu,
Marahmu,wujud lain atas kasihmu..
Namun..
Hanya maaf wujud sesalku..

Sabtu, 22 Maret 2014

TAHAP AWAL : INGIN BERJILBAB

TAHAP AWAL: INGIN BERJILBAB



Assalamu'alaykum ukhtifillah...
Apa niatmu ketika membuka postingan  ini ?
Boleh Rizka tebak ya,pasti ada keinginan di hatimu untuk mulai mengenakan jilbab. Atau sudah lama sekali berkeinginan untuk mengenakan namun tak tahu bagaimana tahapan awalnya.  Mungkin alasannya simpel,yap malu bertanya langsung dengan teman. Entah karena takut dianggap sok 'alim atau mungkin terbesit dihati "Imanku masih lemah"


Ukhti,tahukah kau bahwa keinginan baikmu itu sudah tercatat. Namun,akan jauh lebih baik lagi jika kau tak menundanya. Langsung saja,ini dia kisahnya. Semoga bermanfaat :)


Sepulang dari pengajian di sekolahku, aku sadar bahwa jilbab itu wajib. Aku bertekad untuk menggunakannya. Namun,keraguan itu terus menghantui. Bukan hanya soal ibadah dan keimanan. Tapi aku berpikir tentang bagaimana aktifitas keseharianku nantinya,anggapan keluarga dan teman-temanku,serta dari mana aku mendapat biaya tambahan untuk membeli pakaian muslimah.

Dinda     : "Mbak,dinda boleh tanya sama mbak nggak ?"
Raisya   : "Boleh,kenapa din?"
Dinda   : "Dinda mau berjilbab mbak,mbak setuju nggak ?"
Raisya   : "Kenapa kamu mau berjilbab ? nggak usahlah. Percuma kalau kamu buka tutup"
Dinda   : "InsyaAllah,Dinda sudah yakin mbak. Dinda nggak buka tutup kok"
Raisya  : "Terserah kamu aja,yang jelas kusarankan nggak usah. Soalnya aku pernah pakai jilbab. Tapi akhirnya,kubuka juga gara-gara nggak tahan godaan. Kamu kan cantik,rambutmu juga bagus. Ngapain kamu berjilbab ?" 
Tapi,semua pernyataan itu tak menggoyahkan azzamku. Kesokan harinya,aku berangkat sekolah seperti biasa. Aku duduk di depan masjid sambil menunggu salah satu temanku yang aktif di kerohanian sekolah selesai shalat dzuhur.
Fatimah : " Dinda kenapa,kok murung ? "
Dinda    : " Aku sedih Fath. Aku ingin curhat ke kamu. Bolehkah ?"
Fatimah  : "Iya,curhat aja. Dengan senang hati kudengarkan. Siapa tau aku bisa bantu."
Aku jelaskan semua permasalahan mengenai niatku ini. Dan,aku kagum dengan jawaban yang ia lontarkan. Setiap untaian katanya pas dihati,tak kurang suatu apapun.  Ia justeru mensupport niat baikku. Hal yang paling berkesan adalah dia mau meminjamkan beberapa pakaian muslimahnya untukku. Yang aku tahu ia juga tak punya banyak.
" - Soal apa kata keluarga dan teman-teman itu bukan masalah besar,karena itu masalah yang datangnya dari luar.  Tak usah pikirkan perkataan orang yah,karena indah di mata Allah itu jauh lebih penting dari sekedar indah di mata manusia.
-Soal bagaimana kelak kamu beraktifitas. Kamu tak usah khawatir terganggu dengan rok atau gamis ini. Bukankah panglima  perang di zaman Rasulullah pun menggunakan gamis ? Mereka nggak pakai Levis. Heheh
-Soal Biaya yang menghambatmu membeli pakaian muslimah.  Selagi kamu nabung untuk membeli sendiri,pakai aja dulu pakaian,seragam sekolah,dan jilbabku. Aku masih punya beberapa. Dan satu lagi,dengan jilbab ini kamu terlihat anggun. Senyum dulu dong hehehe..."
 Dinda   : " Alhamdulillah, aku bersyukur mempunyai teman sepertimu. Semoga Allah membalas semua kebaikanmu dengan yang lebih baik lagi. Aamiin
Fatimah : "Ah kamu lebay,hoya jangan tersinggung ya aku pinjami baju begini. Aku teringat hadits Rasulullah din. Tapi jangan lupa dikembalikan yah ! Belum lunas heheheh"
"Aku bertanya, “ Ya Rasulullah, salah seorang di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab. Rasulullah saw. bersabda: Hendaklah saudaranya meminjamkan jilbabnya.” (HR Muslim).
Sejak saat itu,aku mengenakannya...
Perlahan menata hatiku...
Hingga saat kutuliskan kisah ini..
Ia tetap setia melekat di tubuhku..
Menjaga kehormatanku....




Coming soon....
-----------------------------------------------------------------------------------------------R.A. Utami


IBU ? SORRY MASIH MUDA !

IBU ? SORRY MASIH MUDA ! 



Akhwat dipanggil Ibu , ikhwan dipanggil Pak


Mau curhat sedikit,boleh ya..
Semoga ada manfaat di dalamnya..
Aamiin :)



Hal-hal berkesan  mengenai kerudung Syar'i :

1.) Di seberang sebuah pusat perbelanjaan,aku duduk bersebelahan dengan seorang ibu.
Ibu : "Mbak,itu kerudungnya beli dimana ?" Beliau bertanya padaku
Aku : "Oh ini,saya beli di toko kerudung di dekat sana Bu'. Ibu mau beli juga ?" Jawabku
Ibu : "Enggak nak,kok lebar banget,kerudung atau payung ?" Sahut beliau
Akupun diam membisul #Eh
---------------------------------------------------
2.) Dengan gamis lebar dan kerudung panjang serta kaos kaki. Di siang bolong,seorang gadis perempuan berjalan menelusuri pasar ikan sendirian (Hehe)
Aku         : "Pak,yang ini sekilo berapa ?" Tanyaku
Pedagang : "Rp.20.000 aja bu' !" jawab bapak itu
Aku         :"Oh,saya beli 2 Kg ya Mas" (Berharap dipanggil Mbak)
Pedagang :"Kok saya  dipanggil Mas ? ibu' bisa aja heheh"
Aku         : " . . . " #NelanTimbangan
-----------------------------------------------------


Sebenarnya masih banyak lagi,tapi rasanya kisah di atas cukup mewakili. Sebagai anak muda pastinya risih ketika harus disapa dengan panggilan ibu. Sebagian besar tak menyukainya dan jujur saya pribadi pun begitu.

Tapi,marilah kita lihat sisi baiknya. Ketika seorang gadis dipanggil ibu oleh orang lain,bukankah itu berarti ia sedang didoakan ? Maka,kita harus berterimakasih pada mereka bukan membenci. Karena,fitrah seorang gadis nantinya adalah menjadi seorang ibu. Mungkin dan semoga,kita disapa ibu dikarenakan sikap yang anggun dan mencerminkan kedewasaan. Bukankah itu baik yaa shalihat ?

Mari putar posisi,bagaimanakah perasaan seorang ibu yang disapa 'Dik' oleh seseorang yang lebih muda darinya ? Bukankah itu sama saja ?
Dan hal itu terjadi karena dua kemungkinan :
- Karena wajah yang  awet muda,atau
- Karena sikap yang masih kekanakan

Aku bangga disapa ibu,karena bagiku ibu adalah sebaik-baik gelar. Dengan begitu,semakin terpaculah diri kita untuk lebih mendewasakan diri. Semoga kelak kita tumbuh menjadi sosok yang matang pemikirannya dan pantas disapa "IBU". Karena setiap anak berhak mendapatkan ibu yang dewasa. 
Hai calon-calon ibu..
Mana senyumnya :)


~ Keep Calm & Keep Istiqomah ~




------------------------------------------------------------------------------------------R.A. Utami