Rabu, 26 Maret 2014

Ego Persahabatan

Langkah kecilnya selalu saja membuat orang sekelilingnya berdecak kagum. Dengan kelembutannya dan senyumnya yang khas ia selalu bangga menjadi dirinya sendiri. Tak seperti remaja lainnya yang labil,ia justeru mampu mempertahankan stabilitasnya. Stabilnya berbeda,tak hanya stabil soal pergaulan namun juga stabil dari sisi keimanan. Ya,begitulah pengamatanku.
Diam-diam aku menyimpan rasa iri dengannya. Aku iri ketika ia mampu melantunkan ayat cinta Sang Maha Kuasa dengan merdunya. Menggetarkan dada siapa saja yang mendengarnya. Aku tau itu meski aku tak pernah melakukan survei pada hati setiap mereka yang mendengar lantunan suci dari sosok mungil itu.

Aku bingung,apakah keputusanku untuk iri padanya ini adalah suatu kebaikan. Atau justeru,karena terselip rasa dengki dalam batinku ? Entahlah..

Dia yang selalu saja menampakkan wajah cerianya,selalu menjadi pemula dalam mengucapkan salam,selalu ikhlas kala sekelilingnya butuh. Lagi lagi aku dapat membaca raut wajahnya,terpancar keikhlasan disana.

Aku ! akulah salah satu korbannya. Korban yang tenggelam dalam rasa kagum terhadapnya. Layaknya seekor kucing,pastilah suka jika berada dekat dengan ikan asin. Aku pun mendekatinya,karena aku suka berada dekat dengannya. Ketentraman batin kudapat ditengah hiruk pikuk kehidupan remaja masa kini. Terlebih  lagi di sekolah umum seperti sekolah kami. Dia adalah sosok manis yang langka !

Tiga tahun dekat dengannya bukanlah waktu yang sedikit. Cukup lama dalam perhitungan persahabatan. Sungguh dalam ikatan batin kami. Menyemai suka duka bersama. Atau mungkin tak bersama,bisa saja ia menyembunyikan dukanya. Sedangkan aku selalu berbagi duka,dan satu hal yang takkan pernah ku lupa adalah ketulusannya dalam menolong. Karena setiap yang tulus tak mengharap balasan apapun. Itulah dia ! sosok yang mengajarkan aku arti persahabatan.

"Ketika di berbagai media menayangkan cerita-cerita persahabatan atas dasar kesamaan nasib dan kesolidan. Aku rasa persahabatan kita lebih mendalam dari itu. Bayangkan, persahabatan ini bukanlah soal kesamaan nasib atau derita saja. Lebih kawan ! Persahabatan ini dibangun atas dasar iman,saling mencintai karena Allah." Kalimat yang terbesit dalam benakku.

Namun,tak selamanya suatu hubungan berjalan mulus. Layaknya sebuah jalan besar,ada kalanya jalan itu diguyur hujan,panas terik,atau sekedar rintik-rintik. Satu hal yang biasa ketika ego mengalahkan akal. Dan disini aku baru sadar,bahwa cinta segitiga bukan hanya ada pada telenovela. Ternyata,ada pula istilah segitiga dalam persahabatan. Situasi rumit yang sedikit membuat jarak antara dua orang,hanya karena pihak ketiga.

Coming soon..

Sepotong episode masa SMA bersamamu sahabatku. Sengaja kutuliskan kisah ini,sebagai kado terindah dihari ulang tahunmu Desember nanti. Maafkan aku atas egoku kawan. Aku memaafkanmu,ku harap kau pun begitu..


Muslimah Jangan Kalem !





Wanita terutama muslimah identik dengan sifat lemah lembut atau bahasa inggrisnya 'calm'. Saya sendiri setuju dengan statement  tersebut. Karena fitrah itulah wanita justeru terlihat kuat, jika benar paham tentang arti kekuatan dari sebuah kelembutan. Bahkan Rasulullah yang seorang lelaki pun,mencontohkan pada kita untuk senantiasa berlaku lemah lembut.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (QS Ali Imraan [3]: 159)

Namun,jangan sampai kita salah kaprah soal kelembutan ini. Lembut disini bukan berarti seorang muslimah harus berperilaku manja atau sok imut layaknya seorang balita yang baru tumbuh gigi. Atau harus tersenyum kepada siapa saja di sepanjang jalan. Tapi,kelembutan disini ialah hatinya. Dilihat dari bagaimana ia bersikap bijak dalam mengambil keputusan dan tetap tidak meninggalkan syarat kelembutan.

Tapi nih..
Muslimah jangan CALM !

Jadi muslimah jangan calm ! "Kalau" diajak melanggar syari'atnya (pacaran,-red). Tetaplah tegas,kalau perlu pasang wajah terseram yang kita punya (hehe mantan hantu kali ya). Meski si dia mengaku cinta,namun tak juga datangi walinya. Sudah dipastikan ini modus belaka. Karena,yang kita mau sebagai muslimah adalah menjadi pengisi dalam hidupnya. Bukanlah pengisi kekosongan semata. #tsahhh

So,jadi muslimah jangan calm ! #KalauDiajakMaksiat :)

TAK USAH DICARI !

TAK USAH DICARI ! 


Ramai orang mencari arti sahabat,sahabat setia..
Namun tidak dengan saya !
Ramai pemuda mencari arti cinta,jodoh sejati..
Namun tidak dengan saya !
Bahkan,ramai remaja mencari jati diri..
Namun tidak dengan saya !

Usah dicari,toh hadir sendiri..
Usah dicari,toh fitrah dalam diri..

Ingin tahu sahabat sejati ?
Lihatlah yang hadir dikala susahmu
Ingin tahu jodoh sejati ?
Becerminlah,karena jodoh adalah cerminan diri
Dan jika yang kau cari adalah jati diri..
Sekali lagi,tak usah dicari !

Sebab tanpa kau cari pun,jati diri itu adalah fitrahmu
Telah melekat kuat dalam kepribadianmu
Dan justeru jati diri itu lebih kokoh dari sekedar kayu jati
Tertanam kuat di setiap sum-sum tulangmu

Jangan dicari,namun pilihlah satu
Pilih mu'min ataukah munafiq
Pilih muslim ataukah kafir
Pilih zalim ataukah mukhlis
Pilih alim atau jahil..

Tak usah dicari,namun dipilih...

----------------------------------R.A UTAMI








Senin, 24 Maret 2014

5 ALASAN GAK MAU BERJILBAB

5 ALASAN GAK MAU BERJILBAB


MASIH ALASAN ?? HEHE :)

MARAHMU ADALAH CINTA

 MARAHMU ADALAH CINTA


Ibuku sayang,
Ratusan panah kau tusukkan
Ribuan sajak indah kau untaikan
Jutaan tuduhan manis kau arahkan padaku

Marahlah bu,
Jika rasa tersakiti ini menghapus dosaku
Jika kesedihanku menambah amalku
Jika ini caramu mendewasakanku

Karena,
Marahmu bukan dendam
Marahmu untaian nasihat
Marahmu adalah cinta

Marahlah bu,
Indah  mendengar curahan hatimu
Mengetahui dalamnya rasa kecewamu
Hingga kutahu dimana letak kesalahanku

Marahlah bu,
Biarkan amarahmu itu menjadi tamparan
Biarkan ia menjadi peringatan
Mengingatkan aku akan kejamnya aku

Marahlah bu,
Selagi kau mampu..
Selagi kau disisiku..

Yang kutahu,
Marahmu,wujud lain atas kasihmu..
Namun..
Hanya maaf wujud sesalku..

Sabtu, 22 Maret 2014

TAHAP AWAL : INGIN BERJILBAB

TAHAP AWAL: INGIN BERJILBAB



Assalamu'alaykum ukhtifillah...
Apa niatmu ketika membuka postingan  ini ?
Boleh Rizka tebak ya,pasti ada keinginan di hatimu untuk mulai mengenakan jilbab. Atau sudah lama sekali berkeinginan untuk mengenakan namun tak tahu bagaimana tahapan awalnya.  Mungkin alasannya simpel,yap malu bertanya langsung dengan teman. Entah karena takut dianggap sok 'alim atau mungkin terbesit dihati "Imanku masih lemah"


Ukhti,tahukah kau bahwa keinginan baikmu itu sudah tercatat. Namun,akan jauh lebih baik lagi jika kau tak menundanya. Langsung saja,ini dia kisahnya. Semoga bermanfaat :)


Sepulang dari pengajian di sekolahku, aku sadar bahwa jilbab itu wajib. Aku bertekad untuk menggunakannya. Namun,keraguan itu terus menghantui. Bukan hanya soal ibadah dan keimanan. Tapi aku berpikir tentang bagaimana aktifitas keseharianku nantinya,anggapan keluarga dan teman-temanku,serta dari mana aku mendapat biaya tambahan untuk membeli pakaian muslimah.

Dinda     : "Mbak,dinda boleh tanya sama mbak nggak ?"
Raisya   : "Boleh,kenapa din?"
Dinda   : "Dinda mau berjilbab mbak,mbak setuju nggak ?"
Raisya   : "Kenapa kamu mau berjilbab ? nggak usahlah. Percuma kalau kamu buka tutup"
Dinda   : "InsyaAllah,Dinda sudah yakin mbak. Dinda nggak buka tutup kok"
Raisya  : "Terserah kamu aja,yang jelas kusarankan nggak usah. Soalnya aku pernah pakai jilbab. Tapi akhirnya,kubuka juga gara-gara nggak tahan godaan. Kamu kan cantik,rambutmu juga bagus. Ngapain kamu berjilbab ?" 
Tapi,semua pernyataan itu tak menggoyahkan azzamku. Kesokan harinya,aku berangkat sekolah seperti biasa. Aku duduk di depan masjid sambil menunggu salah satu temanku yang aktif di kerohanian sekolah selesai shalat dzuhur.
Fatimah : " Dinda kenapa,kok murung ? "
Dinda    : " Aku sedih Fath. Aku ingin curhat ke kamu. Bolehkah ?"
Fatimah  : "Iya,curhat aja. Dengan senang hati kudengarkan. Siapa tau aku bisa bantu."
Aku jelaskan semua permasalahan mengenai niatku ini. Dan,aku kagum dengan jawaban yang ia lontarkan. Setiap untaian katanya pas dihati,tak kurang suatu apapun.  Ia justeru mensupport niat baikku. Hal yang paling berkesan adalah dia mau meminjamkan beberapa pakaian muslimahnya untukku. Yang aku tahu ia juga tak punya banyak.
" - Soal apa kata keluarga dan teman-teman itu bukan masalah besar,karena itu masalah yang datangnya dari luar.  Tak usah pikirkan perkataan orang yah,karena indah di mata Allah itu jauh lebih penting dari sekedar indah di mata manusia.
-Soal bagaimana kelak kamu beraktifitas. Kamu tak usah khawatir terganggu dengan rok atau gamis ini. Bukankah panglima  perang di zaman Rasulullah pun menggunakan gamis ? Mereka nggak pakai Levis. Heheh
-Soal Biaya yang menghambatmu membeli pakaian muslimah.  Selagi kamu nabung untuk membeli sendiri,pakai aja dulu pakaian,seragam sekolah,dan jilbabku. Aku masih punya beberapa. Dan satu lagi,dengan jilbab ini kamu terlihat anggun. Senyum dulu dong hehehe..."
 Dinda   : " Alhamdulillah, aku bersyukur mempunyai teman sepertimu. Semoga Allah membalas semua kebaikanmu dengan yang lebih baik lagi. Aamiin
Fatimah : "Ah kamu lebay,hoya jangan tersinggung ya aku pinjami baju begini. Aku teringat hadits Rasulullah din. Tapi jangan lupa dikembalikan yah ! Belum lunas heheheh"
"Aku bertanya, “ Ya Rasulullah, salah seorang di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab. Rasulullah saw. bersabda: Hendaklah saudaranya meminjamkan jilbabnya.” (HR Muslim).
Sejak saat itu,aku mengenakannya...
Perlahan menata hatiku...
Hingga saat kutuliskan kisah ini..
Ia tetap setia melekat di tubuhku..
Menjaga kehormatanku....




Coming soon....
-----------------------------------------------------------------------------------------------R.A. Utami


IBU ? SORRY MASIH MUDA !

IBU ? SORRY MASIH MUDA ! 



Akhwat dipanggil Ibu , ikhwan dipanggil Pak


Mau curhat sedikit,boleh ya..
Semoga ada manfaat di dalamnya..
Aamiin :)



Hal-hal berkesan  mengenai kerudung Syar'i :

1.) Di seberang sebuah pusat perbelanjaan,aku duduk bersebelahan dengan seorang ibu.
Ibu : "Mbak,itu kerudungnya beli dimana ?" Beliau bertanya padaku
Aku : "Oh ini,saya beli di toko kerudung di dekat sana Bu'. Ibu mau beli juga ?" Jawabku
Ibu : "Enggak nak,kok lebar banget,kerudung atau payung ?" Sahut beliau
Akupun diam membisul #Eh
---------------------------------------------------
2.) Dengan gamis lebar dan kerudung panjang serta kaos kaki. Di siang bolong,seorang gadis perempuan berjalan menelusuri pasar ikan sendirian (Hehe)
Aku         : "Pak,yang ini sekilo berapa ?" Tanyaku
Pedagang : "Rp.20.000 aja bu' !" jawab bapak itu
Aku         :"Oh,saya beli 2 Kg ya Mas" (Berharap dipanggil Mbak)
Pedagang :"Kok saya  dipanggil Mas ? ibu' bisa aja heheh"
Aku         : " . . . " #NelanTimbangan
-----------------------------------------------------


Sebenarnya masih banyak lagi,tapi rasanya kisah di atas cukup mewakili. Sebagai anak muda pastinya risih ketika harus disapa dengan panggilan ibu. Sebagian besar tak menyukainya dan jujur saya pribadi pun begitu.

Tapi,marilah kita lihat sisi baiknya. Ketika seorang gadis dipanggil ibu oleh orang lain,bukankah itu berarti ia sedang didoakan ? Maka,kita harus berterimakasih pada mereka bukan membenci. Karena,fitrah seorang gadis nantinya adalah menjadi seorang ibu. Mungkin dan semoga,kita disapa ibu dikarenakan sikap yang anggun dan mencerminkan kedewasaan. Bukankah itu baik yaa shalihat ?

Mari putar posisi,bagaimanakah perasaan seorang ibu yang disapa 'Dik' oleh seseorang yang lebih muda darinya ? Bukankah itu sama saja ?
Dan hal itu terjadi karena dua kemungkinan :
- Karena wajah yang  awet muda,atau
- Karena sikap yang masih kekanakan

Aku bangga disapa ibu,karena bagiku ibu adalah sebaik-baik gelar. Dengan begitu,semakin terpaculah diri kita untuk lebih mendewasakan diri. Semoga kelak kita tumbuh menjadi sosok yang matang pemikirannya dan pantas disapa "IBU". Karena setiap anak berhak mendapatkan ibu yang dewasa. 
Hai calon-calon ibu..
Mana senyumnya :)


~ Keep Calm & Keep Istiqomah ~




------------------------------------------------------------------------------------------R.A. Utami





KERUDUNG PERDANA

KERUDUNG PERDANA

Di sinilah perjalanku untuk menemukan mahkota muslimah itu berawal..


Sepulangku dari Liqo' (pertemuan) di ROHIS sekolah. Aku mendapatkan ilmu  yang cukup membuatku tersentak. Aku bertanya dalam hati,"Kemana saja aku selama ini ? Kenapa baru tau sekarang ? Apa ini yang dinamakan Hidayah ?".


Masih teringat dan terulang dipikiranku,murobbiyahku bilang : "Menutupi aurat itu suatu kewajiban bagi seorang muslimah. Aurat takkan tertutupi dengan shalat,aurat takkan tertutupi dengan puasa,zakat,atau haji sekalipun. Akan tetapi,aurat akan tertutupi dengan selembar kain yang rapi hingga tak terlihat bentuk dan warna aslinya".

"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang "
(QS. Al Ahzab : 59)


Selama ini aku tak tahu bahwa aurat itu wajib di tutupi. Ya aku pernah mendengarnya sekilas entah di radio atau televisi. Tapi yang terpatri di alam bawah sadarku adalah kalimat ini :
"Jilbabin hati dahulu,percuma berjilbab kalau kelakuan masih amburadul. Masih suka nge-gosip atau cekikikan sana-sini"
Entah kalimat darimana,tapi itulah kalimat yang selalu ku tanamkan dalam hati. Aku masih ingin terus tak berjilbab sampai hatiku 'benar-benar' suci.

Astaghfirullah---------------------------------------------------

Dan,

Pada akhirnya ku menemukanmu. Ku sadar mahkotaku tak hilang,namun akulah yang menyimpannya. Membiarkannya usang di sudut kamarku. Aku baru sadar,bahwa takkan ada manusia yang bersih dari dosa. Sampai kapanpun,takkan pernah bisa hati ini benar-benar suci sebagaimana yang kuharapkan. Lantas,sampai kapan aku harus menunggu siap ?

Setelah kejadian yang seakan menamparku itu. Entah mengapa setiap aku melihat buku,iklan televisi,atau spanduk,selalu saja berhubungan dengan jilbab. Seakan dunia mewakili perasaanku,mungkin inilah jalanNya. Allah yang memegang kunci hati dan Allah pula-lah yang membukakan pintu hati.

Keesokan paginya----------------------------------------------


"Faaaaiiiizaaaaah.....! kenapa jilbab ibu kamu cobain semua ?!?" Teriak ibu....

Terus...terusin aja sendiri (Hehe)



Kelanjutan dari cerpen "KADO UNTUK ROHIS"
--------------------------------------------------------------------------------------------R.A. Utami

Jumat, 21 Maret 2014

KADO UNTUK ROHIS

 Kado Untuk Rohis



Assalaamu'alaykum... 

Teman-teman yang baru masuk SMK/SMA/MA alias siswa/i baru, mungkin sedikit  kebingungan untuk memilih ekstrakurikuler di sekolah. Karena kita dihadapkan dengan berbagai macam pilihan yang semuanya terlihat menarik, juga sesuai passion kita. Padahal kita semua tahu bahwa ekstrakurikuler di sekolah itu akan sangat mempengaruhi masa depan kita. 

Jadi, tak ada salahnya kan kalau kita mencari tahu atau browsing tentang ekskul mana yang paling cocok untuk kita ?

Nah, pada postingan kali ini saya ingin berbagi sedikit gambaran mengenai sebuah ekskul yang mungkin cocok untuk teman-teman. Saya berharap teman-teman semua bisa mengambil manfaat dari cerpen sederhana ini. Selamat membaca..

Pertama kali duduk di bangku SMA, saya mulai membuka pintu dunia yang sebelumnya masih terkunci rapat dan mulai mencari tahu siapa saya sebenarnya. Meski saya paham, bahwa saya tetaplah saya yang dulu, sama persis ketika masih duduk di bangku SMP. Tapi kali ini saya merasa ingin menjadi orang lain. Ingin menjadi seseorang yang berbeda. Ingin menjadi kakak-kakak kelas. Entah dengan model yang bagaimana.

Pagi itu adalah hari pertama saya duduk di bangku SMA. Masih tersimpan di memori saya, saya yang bertopi karton berbentuk kerucut berwarna merah muda, serta kaos kaki yang warnanya beda sebelah, mondar-mandir keliling sekolah hanya demi sebuah tanda tangan. Ah, Pagi itu benar-benar hari yang menegangkan sekaligus membahagiakan. Menginjakkan kaki di sekolah yang memang saya idamkan sejak kecil. 

Bukan. Bukan lagi sebagai tamu, tapi sebagai siswi. Senang sekali rasanya.


Hari demi hari saya jalani dengan rasa bahagia di hati, bertemu kawan baru, guru baru, ruangan baru, dan banyak lagi hal baru yang saya temui. Semuanya begitu indah, begitu menakjubkan !

Tapi, seketika rasa bahagia itu tergeser...

Tergeser hanya karena sebuah kabar. Ketika itu saya mendengar dari speaker kelas,
"Bagi siswa-siswi diwajibkan mengikuti minimal satu ekstrakurikuler, informasi lebih lanjut dapat  dilihat di mading sekolah. Terima kasih. "

Saya benar-benar bingung dengan berita itu, karena memang sejak dulu saya tidak begitu aktif dalam organisasi sekolah semacam ekskul. Maka, ketika jam istirahat saya memutuskan untuk melihat informasi di mading sekolah.

" Zah, kamu ikut ekskul apa ? Kalo aku sih ikut paskibra aja ngelanjutin ekskul waktu SMP "
"Hm.. aku masih bingung, nih.."
"Paskibra aja Zah yah, kamu kan tinggi. Atau basket aja, enak tuh bisa deket ama kakak keren bin ganteng. Ng..tapi aku saranin ikut paskibra aja yah ! Biar kita bisa sama-sama terus. Ketawa bareng, seru-seruan bareng. hehehe"
"Aih, aku belum bisa memutuskan. Aku pikir-pikir dulu ya.. "


Minggu pagi pukul 09.00 saya bersama teman-teman sekelas berkumpul di masjid sekolah. Mengikuti kegiatan rutin yang disebut mentoring, kegiatan wajib bagi seluruh siswa-siswi muslim kelas X. Yah, setahu saya kegiatan ini merupakan salah satu program dari ekskul ROHIS (Rohani Islam) di sekolah.

Apalah mentoring itu ? Sebenarnya saya juga malas sekali hadir kalau bukan sebuah kewajiban.  Tak punya niat lain atau bisa dibilang sama sekali tak berniat hadir. 

Ah ! Sudah saya tebak. Kalau dari namanya saja sudah aneh, tentu kegiatannya lebih aneh lagi. Ini pasti sebuah kegiatan keagamaan. Jujur saja, saya sangat bosan dengan tausiyah, siraman rohani, pencerahan, atau apalah. Karena saya rasa omelan orang tua di rumah juga sudah cukup menyiram rohani saya.

Tapi...

Saya paham benar bahwa ini akan mempengaruhi nilai agama saya. Dengan terpaksa saya harus hadir, bagaimanapun keadaannya. Toh, ini hanyalah kegiatan wajib selama satu tahun. Setelahnya saya bisa bebas, bisa ber-haha-hihi, suka-suka gue lah !

Masih melekat di ingatan saya, ketika itu seluruh siswa yang hadir  dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian membentuk sebuah lingkaran atau halaqah, dengan seseorang murobbi (guru ngaji laki-laki) atau murobbiyah (guru ngaji perempuan). Murobbi/ Murobbiyah tersebut masing-masing duduk di tengah lingkaran, menyampaikan tausiyah.

"Assalamu'alaykum ukhtifillah..."
 
Saya mendengar ucapan itu dari seorang wanita muda nan anggun dengan kerudung lebar yang menutupi sekujur tubuhnya. Lantas kemudian kami jawab salam beliau.

Meskipun awalnya saya merasa malas, tapi entah kenapa begitu saya bergabung dalam lingkaran tersebut saya merasa sejuk, tenang, damai sekali rasanya.

Kegiatan itu dimulai dengan perkenalan, kemudian dilanjutkan dengan tilawah satu per satu.

"Baik.. tilawahnya dimulai dari sebelah kanan saya saja ya. Tafadhdholiy ukhti.."

Entah apa dosa saya, ketika itu saya adalah orang yang duduk persis di sebelah kanan beliau. Maka dengan terpaksa sayalah yang memulai tilawah. 

Saya buka lembar pertama Al-Qur'an yang telah lama tak tersentuh oleh jari saya. Seingat saya, terakhir kali saya menyentuhnya adalah ketika saya khatam Al-Qur'an. Mungkin sekitar 3 tahun lalu.

Sudah saya bilang, ini kegiatan aneh !

Saya  terkejut ketika diperintahkan membacakan suatu ayat, entah surah apa, saya lupa. 

Ah iya ! Surah Ar-Rahman yang berbunyi “Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban”. Lebih terkejut lagi ketika saya membacakan arti dari surah tersebut : “Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? ” 

Tahukah perasaan saya ketika masuk ke dalam Masjid itu ?

Tahukan perasaan saya ketika mendengar ucapan wanita muda itu ?

Dan tahukan perasaan saya ketika menyentuh, membaca, dan mendengar ayat-ayat  itu ?

Tahukah ?

Saya merasa aneh !

Aneh sekali. Bahkan saking anehnya, tangan saya bergetar, jari-jari saya pun tak kuasa menahan getaran itu, lidah saya kelu, dan yang paling aneh sekali justeru ada di dalam hati saya. Ada sesuatu yang bergetar disana. Seakan kalimat-kalimat kitab suci itu menampar saya ! Semua begitu aneh bukan ?

Malu sekali rasanya, ngilu dada ini ketika tersadar begitu banyak nikmat yang saya dustakan. Begitu sia-sia hidup saya selama ini, bahkan ternyata ilmu yang saya pelajari bertahun-tahun, hilang begitu saja dimakan waktu. Tak bermanfaat sama sekali. Nothing !

Maka, ketika sampai pada ayat tersebut. Saya berusaha sekuat tenaga untuk bisa melanjutkan bacaan saya tadi. Dengan tangan bergetar, kaku, dan dingin. Meski berulang-ulang kali saya coba meneruskan. Tetap saja lidah saya kelu, terbata-bata, seperti anak TK yang baru belajar membaca Iqra’ satu. Dan..

Tanpa terasa, bendungan mata saya jebol. Air mata yang sudah jarang sekali saya gunakan akhirnya jatuh. Bukan. Bukan satu-dua tetes. 
Banjir ! 
Saya tertunduk dalam. Tersadar. Sudah sejauh inikah saya melangkah ?

Suasana berubah menjadi teduh meski dipenuhi tangisan…

Kemudian saya terus mendengarkan untaian hikmah yang disampaikan oleh wanita itu. Semakin saya mendengarkan semakin saya tahu betapa sempurnanya islam. Saya mulai tertarik dengan ekskul ROHIS ini. Bismillah…

"Assalamu'alaykum ibu.." Ucap saya ketika sampai di depan pintu rumah.

"Wa'alaykumussalam warohmatullah. Eh udah pulang, kenapa Zah ? Kok tumben ngucapin salam ?”

"Ng ? Enggak bu'. Faizah enggak kenapa-napa kok hehehe
Saya tersenyum malu...
***

Sejak saat itu saya aktif mengikuti kegiatan kerohanian dan memutuskan untuk menjadi anggota ROHIS Sekolah hingga sekarang.

ROHIS..

Organisasi yang membentuk karakter dan akhlak mulia, mengingatkan ketika lupa, mengajarkan tentang arti sebuah ikatan atas dasar iman, serta saling menasihati dalam kebaikan. 

Entah apa jadinya kalau  tidak mengenal ROHIS..

Terima kasih untuk murobbiyah tercinta..
Terima kasih sahabat-sahabat seperjuangan..
Terima kasih ROHIS..

Senin, 03 Maret 2014

PERANG

PERANG

Darah biru alir deras
Air mata cucur  habis
Makhluk Tuhan berserak
Jasad tentera luluh lantak

Dikala harta dilupa
Nyawa lepas tak ada harga
Pacuan kuda menyerbu di atasnya
Hempaskan bayi tak berdosa

Melangkah mundur ketika  maju
Terdiam ketika  tertawa lepas
Menahan meski dahaga
Mengeluarkan yang tersimpan

Mereka tusuk aku dalam
Perlahan tarik nafas panjang
Asah pedang hingga tajam
Setiap hari aku berperang

Perang yang sesungguhnya
Berjihad melawan nafsu

#JihadunNafs