Kado Untuk Rohis
Teman-teman yang baru masuk SMK/SMA/MA alias siswa/i baru, mungkin sedikit kebingungan untuk memilih ekstrakurikuler di sekolah. Karena kita dihadapkan dengan berbagai macam pilihan yang semuanya terlihat menarik, juga sesuai passion kita. Padahal kita semua tahu bahwa ekstrakurikuler di sekolah itu akan sangat mempengaruhi masa depan kita.
Jadi, tak ada salahnya kan kalau kita mencari tahu atau browsing tentang ekskul mana yang paling cocok untuk kita ?
Nah, pada postingan kali ini saya ingin berbagi sedikit gambaran mengenai sebuah ekskul yang mungkin cocok untuk teman-teman. Saya berharap teman-teman semua bisa mengambil manfaat dari cerpen sederhana ini. Selamat membaca..
Pagi itu adalah hari pertama saya duduk di bangku SMA. Masih tersimpan di memori saya, saya yang bertopi karton berbentuk kerucut berwarna merah muda, serta kaos kaki yang warnanya beda sebelah, mondar-mandir keliling sekolah hanya demi sebuah tanda tangan. Ah, Pagi itu benar-benar hari yang menegangkan sekaligus membahagiakan. Menginjakkan kaki di sekolah yang memang saya idamkan sejak kecil.
Bukan. Bukan lagi sebagai tamu, tapi sebagai siswi. Senang sekali rasanya.
Bukan. Bukan lagi sebagai tamu, tapi sebagai siswi. Senang sekali rasanya.
Hari demi hari saya jalani dengan rasa bahagia di hati, bertemu kawan baru, guru baru, ruangan baru, dan banyak lagi hal baru yang saya temui. Semuanya begitu indah, begitu menakjubkan !
Tapi, seketika rasa bahagia itu tergeser...
Tergeser hanya karena sebuah kabar. Ketika itu saya mendengar dari speaker kelas,
"Bagi siswa-siswi diwajibkan mengikuti minimal satu ekstrakurikuler, informasi lebih lanjut dapat dilihat di mading sekolah. Terima kasih. "
Tapi, seketika rasa bahagia itu tergeser...
Tergeser hanya karena sebuah kabar. Ketika itu saya mendengar dari speaker kelas,
"Bagi siswa-siswi diwajibkan mengikuti minimal satu ekstrakurikuler, informasi lebih lanjut dapat dilihat di mading sekolah. Terima kasih. "
Saya benar-benar bingung dengan berita itu, karena memang sejak dulu saya tidak begitu aktif dalam organisasi sekolah semacam ekskul. Maka, ketika jam istirahat saya memutuskan untuk melihat informasi di mading sekolah.
" Zah, kamu ikut ekskul apa ? Kalo aku sih ikut paskibra aja ngelanjutin ekskul waktu SMP "
"Hm.. aku masih bingung, nih.."
"Paskibra aja Zah yah, kamu kan tinggi. Atau basket aja, enak tuh bisa deket ama kakak keren bin ganteng. Ng..tapi aku saranin ikut paskibra aja yah ! Biar kita bisa sama-sama terus. Ketawa bareng, seru-seruan bareng. hehehe"
"Aih, aku belum bisa memutuskan. Aku pikir-pikir dulu ya.. "
Minggu pagi pukul 09.00 saya bersama teman-teman sekelas berkumpul
di masjid sekolah. Mengikuti kegiatan rutin yang disebut mentoring,
kegiatan wajib bagi seluruh siswa-siswi muslim kelas X. Yah, setahu saya
kegiatan ini merupakan salah satu program dari ekskul ROHIS (Rohani Islam) di
sekolah.
Apalah mentoring itu ? Sebenarnya saya juga malas sekali hadir
kalau bukan sebuah kewajiban. Tak punya niat lain atau bisa dibilang sama
sekali tak berniat hadir.
Ah ! Sudah saya tebak. Kalau dari namanya saja sudah aneh, tentu
kegiatannya lebih aneh lagi. Ini pasti sebuah kegiatan keagamaan. Jujur saja,
saya sangat bosan dengan tausiyah, siraman rohani, pencerahan, atau apalah.
Karena saya rasa omelan orang tua di rumah juga sudah cukup menyiram rohani
saya.
Tapi...
Saya paham benar bahwa ini akan mempengaruhi nilai agama saya.
Dengan terpaksa saya harus hadir, bagaimanapun keadaannya. Toh, ini hanyalah
kegiatan wajib selama satu tahun. Setelahnya saya bisa bebas, bisa
ber-haha-hihi, suka-suka gue lah !
Masih melekat di ingatan saya, ketika itu seluruh siswa yang
hadir dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian membentuk sebuah
lingkaran atau halaqah, dengan seseorang murobbi (guru ngaji
laki-laki) atau murobbiyah (guru ngaji perempuan). Murobbi/ Murobbiyah
tersebut masing-masing duduk di tengah lingkaran, menyampaikan tausiyah.
"Assalamu'alaykum
ukhtifillah..."
Saya mendengar ucapan itu dari seorang wanita muda nan anggun
dengan kerudung lebar yang menutupi sekujur tubuhnya. Lantas kemudian kami
jawab salam beliau.
Meskipun awalnya saya merasa malas, tapi entah kenapa begitu saya
bergabung dalam lingkaran tersebut saya merasa sejuk, tenang, damai sekali
rasanya.
Kegiatan itu dimulai dengan perkenalan, kemudian dilanjutkan
dengan tilawah satu per satu.
"Baik.. tilawahnya dimulai
dari sebelah kanan saya saja ya. Tafadhdholiy ukhti.."
Entah apa dosa saya, ketika itu saya adalah orang yang duduk persis di sebelah kanan beliau. Maka dengan terpaksa sayalah yang memulai tilawah.
Saya buka lembar pertama Al-Qur'an yang telah lama tak tersentuh oleh jari saya. Seingat saya, terakhir kali saya menyentuhnya adalah ketika saya khatam Al-Qur'an. Mungkin sekitar 3 tahun lalu.
Sudah saya bilang, ini kegiatan aneh !
Saya terkejut ketika diperintahkan membacakan suatu ayat,
entah surah apa, saya lupa.
Ah iya ! Surah Ar-Rahman yang berbunyi “Fa-biayyi
alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban”. Lebih terkejut lagi ketika saya
membacakan arti dari surah tersebut : “Maka nikmat Tuhan kamu
manakah yang kamu dustakan? ”
Tahukah perasaan saya ketika masuk ke dalam Masjid itu ?
Tahukan perasaan saya ketika mendengar ucapan wanita muda itu ?
Dan tahukan perasaan saya ketika menyentuh, membaca, dan mendengar
ayat-ayat itu ?
Tahukah ?
Saya merasa aneh !
Aneh sekali. Bahkan saking anehnya, tangan saya bergetar,
jari-jari saya pun tak kuasa menahan getaran itu, lidah saya kelu, dan yang
paling aneh sekali justeru ada di dalam hati saya. Ada sesuatu yang bergetar
disana. Seakan kalimat-kalimat kitab suci itu menampar saya ! Semua begitu aneh
bukan ?
Malu sekali rasanya, ngilu dada ini ketika tersadar begitu banyak
nikmat yang saya dustakan. Begitu sia-sia hidup saya selama ini, bahkan
ternyata ilmu yang saya pelajari bertahun-tahun, hilang begitu saja dimakan
waktu. Tak bermanfaat sama sekali. Nothing
!
Maka, ketika sampai pada ayat tersebut. Saya berusaha sekuat tenaga
untuk bisa melanjutkan bacaan saya tadi. Dengan tangan bergetar, kaku, dan
dingin. Meski berulang-ulang kali saya coba meneruskan. Tetap saja lidah saya
kelu, terbata-bata, seperti anak TK yang baru belajar membaca Iqra’ satu. Dan..
Tanpa terasa, bendungan mata saya jebol. Air mata yang sudah
jarang sekali saya gunakan akhirnya jatuh. Bukan. Bukan satu-dua tetes.
Banjir !
Saya tertunduk dalam. Tersadar. Sudah sejauh inikah saya melangkah ?
Banjir !
Saya tertunduk dalam. Tersadar. Sudah sejauh inikah saya melangkah ?
Suasana berubah menjadi teduh meski dipenuhi tangisan…
Kemudian saya terus mendengarkan untaian hikmah yang disampaikan
oleh wanita itu. Semakin saya mendengarkan semakin saya tahu betapa sempurnanya
islam. Saya mulai tertarik dengan ekskul ROHIS ini. Bismillah…
"Assalamu'alaykum ibu.." Ucap saya ketika sampai di depan pintu rumah.
"Wa'alaykumussalam
warohmatullah. Eh udah pulang, kenapa Zah ? Kok tumben ngucapin salam ?”
"Ng ? Enggak bu'. Faizah
enggak kenapa-napa kok hehehe”
Saya tersenyum malu...
***
Sejak saat itu saya aktif mengikuti kegiatan kerohanian dan
memutuskan untuk menjadi anggota ROHIS Sekolah hingga sekarang.
ROHIS..
Organisasi yang membentuk karakter dan akhlak mulia, mengingatkan ketika
lupa, mengajarkan tentang arti sebuah
ikatan atas dasar iman, serta saling menasihati dalam kebaikan.
Entah apa
jadinya kalau tidak mengenal ROHIS..
Terima kasih untuk murobbiyah
tercinta..
Terima kasih sahabat-sahabat seperjuangan..
Terima kasih ROHIS..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar