Jumat, 21 Maret 2014

KADO UNTUK ROHIS

 Kado Untuk Rohis



Assalaamu'alaykum... 

Teman-teman yang baru masuk SMK/SMA/MA alias siswa/i baru, mungkin sedikit  kebingungan untuk memilih ekstrakurikuler di sekolah. Karena kita dihadapkan dengan berbagai macam pilihan yang semuanya terlihat menarik, juga sesuai passion kita. Padahal kita semua tahu bahwa ekstrakurikuler di sekolah itu akan sangat mempengaruhi masa depan kita. 

Jadi, tak ada salahnya kan kalau kita mencari tahu atau browsing tentang ekskul mana yang paling cocok untuk kita ?

Nah, pada postingan kali ini saya ingin berbagi sedikit gambaran mengenai sebuah ekskul yang mungkin cocok untuk teman-teman. Saya berharap teman-teman semua bisa mengambil manfaat dari cerpen sederhana ini. Selamat membaca..

Pertama kali duduk di bangku SMA, saya mulai membuka pintu dunia yang sebelumnya masih terkunci rapat dan mulai mencari tahu siapa saya sebenarnya. Meski saya paham, bahwa saya tetaplah saya yang dulu, sama persis ketika masih duduk di bangku SMP. Tapi kali ini saya merasa ingin menjadi orang lain. Ingin menjadi seseorang yang berbeda. Ingin menjadi kakak-kakak kelas. Entah dengan model yang bagaimana.

Pagi itu adalah hari pertama saya duduk di bangku SMA. Masih tersimpan di memori saya, saya yang bertopi karton berbentuk kerucut berwarna merah muda, serta kaos kaki yang warnanya beda sebelah, mondar-mandir keliling sekolah hanya demi sebuah tanda tangan. Ah, Pagi itu benar-benar hari yang menegangkan sekaligus membahagiakan. Menginjakkan kaki di sekolah yang memang saya idamkan sejak kecil. 

Bukan. Bukan lagi sebagai tamu, tapi sebagai siswi. Senang sekali rasanya.


Hari demi hari saya jalani dengan rasa bahagia di hati, bertemu kawan baru, guru baru, ruangan baru, dan banyak lagi hal baru yang saya temui. Semuanya begitu indah, begitu menakjubkan !

Tapi, seketika rasa bahagia itu tergeser...

Tergeser hanya karena sebuah kabar. Ketika itu saya mendengar dari speaker kelas,
"Bagi siswa-siswi diwajibkan mengikuti minimal satu ekstrakurikuler, informasi lebih lanjut dapat  dilihat di mading sekolah. Terima kasih. "

Saya benar-benar bingung dengan berita itu, karena memang sejak dulu saya tidak begitu aktif dalam organisasi sekolah semacam ekskul. Maka, ketika jam istirahat saya memutuskan untuk melihat informasi di mading sekolah.

" Zah, kamu ikut ekskul apa ? Kalo aku sih ikut paskibra aja ngelanjutin ekskul waktu SMP "
"Hm.. aku masih bingung, nih.."
"Paskibra aja Zah yah, kamu kan tinggi. Atau basket aja, enak tuh bisa deket ama kakak keren bin ganteng. Ng..tapi aku saranin ikut paskibra aja yah ! Biar kita bisa sama-sama terus. Ketawa bareng, seru-seruan bareng. hehehe"
"Aih, aku belum bisa memutuskan. Aku pikir-pikir dulu ya.. "


Minggu pagi pukul 09.00 saya bersama teman-teman sekelas berkumpul di masjid sekolah. Mengikuti kegiatan rutin yang disebut mentoring, kegiatan wajib bagi seluruh siswa-siswi muslim kelas X. Yah, setahu saya kegiatan ini merupakan salah satu program dari ekskul ROHIS (Rohani Islam) di sekolah.

Apalah mentoring itu ? Sebenarnya saya juga malas sekali hadir kalau bukan sebuah kewajiban.  Tak punya niat lain atau bisa dibilang sama sekali tak berniat hadir. 

Ah ! Sudah saya tebak. Kalau dari namanya saja sudah aneh, tentu kegiatannya lebih aneh lagi. Ini pasti sebuah kegiatan keagamaan. Jujur saja, saya sangat bosan dengan tausiyah, siraman rohani, pencerahan, atau apalah. Karena saya rasa omelan orang tua di rumah juga sudah cukup menyiram rohani saya.

Tapi...

Saya paham benar bahwa ini akan mempengaruhi nilai agama saya. Dengan terpaksa saya harus hadir, bagaimanapun keadaannya. Toh, ini hanyalah kegiatan wajib selama satu tahun. Setelahnya saya bisa bebas, bisa ber-haha-hihi, suka-suka gue lah !

Masih melekat di ingatan saya, ketika itu seluruh siswa yang hadir  dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian membentuk sebuah lingkaran atau halaqah, dengan seseorang murobbi (guru ngaji laki-laki) atau murobbiyah (guru ngaji perempuan). Murobbi/ Murobbiyah tersebut masing-masing duduk di tengah lingkaran, menyampaikan tausiyah.

"Assalamu'alaykum ukhtifillah..."
 
Saya mendengar ucapan itu dari seorang wanita muda nan anggun dengan kerudung lebar yang menutupi sekujur tubuhnya. Lantas kemudian kami jawab salam beliau.

Meskipun awalnya saya merasa malas, tapi entah kenapa begitu saya bergabung dalam lingkaran tersebut saya merasa sejuk, tenang, damai sekali rasanya.

Kegiatan itu dimulai dengan perkenalan, kemudian dilanjutkan dengan tilawah satu per satu.

"Baik.. tilawahnya dimulai dari sebelah kanan saya saja ya. Tafadhdholiy ukhti.."

Entah apa dosa saya, ketika itu saya adalah orang yang duduk persis di sebelah kanan beliau. Maka dengan terpaksa sayalah yang memulai tilawah. 

Saya buka lembar pertama Al-Qur'an yang telah lama tak tersentuh oleh jari saya. Seingat saya, terakhir kali saya menyentuhnya adalah ketika saya khatam Al-Qur'an. Mungkin sekitar 3 tahun lalu.

Sudah saya bilang, ini kegiatan aneh !

Saya  terkejut ketika diperintahkan membacakan suatu ayat, entah surah apa, saya lupa. 

Ah iya ! Surah Ar-Rahman yang berbunyi “Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban”. Lebih terkejut lagi ketika saya membacakan arti dari surah tersebut : “Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? ” 

Tahukah perasaan saya ketika masuk ke dalam Masjid itu ?

Tahukan perasaan saya ketika mendengar ucapan wanita muda itu ?

Dan tahukan perasaan saya ketika menyentuh, membaca, dan mendengar ayat-ayat  itu ?

Tahukah ?

Saya merasa aneh !

Aneh sekali. Bahkan saking anehnya, tangan saya bergetar, jari-jari saya pun tak kuasa menahan getaran itu, lidah saya kelu, dan yang paling aneh sekali justeru ada di dalam hati saya. Ada sesuatu yang bergetar disana. Seakan kalimat-kalimat kitab suci itu menampar saya ! Semua begitu aneh bukan ?

Malu sekali rasanya, ngilu dada ini ketika tersadar begitu banyak nikmat yang saya dustakan. Begitu sia-sia hidup saya selama ini, bahkan ternyata ilmu yang saya pelajari bertahun-tahun, hilang begitu saja dimakan waktu. Tak bermanfaat sama sekali. Nothing !

Maka, ketika sampai pada ayat tersebut. Saya berusaha sekuat tenaga untuk bisa melanjutkan bacaan saya tadi. Dengan tangan bergetar, kaku, dan dingin. Meski berulang-ulang kali saya coba meneruskan. Tetap saja lidah saya kelu, terbata-bata, seperti anak TK yang baru belajar membaca Iqra’ satu. Dan..

Tanpa terasa, bendungan mata saya jebol. Air mata yang sudah jarang sekali saya gunakan akhirnya jatuh. Bukan. Bukan satu-dua tetes. 
Banjir ! 
Saya tertunduk dalam. Tersadar. Sudah sejauh inikah saya melangkah ?

Suasana berubah menjadi teduh meski dipenuhi tangisan…

Kemudian saya terus mendengarkan untaian hikmah yang disampaikan oleh wanita itu. Semakin saya mendengarkan semakin saya tahu betapa sempurnanya islam. Saya mulai tertarik dengan ekskul ROHIS ini. Bismillah…

"Assalamu'alaykum ibu.." Ucap saya ketika sampai di depan pintu rumah.

"Wa'alaykumussalam warohmatullah. Eh udah pulang, kenapa Zah ? Kok tumben ngucapin salam ?”

"Ng ? Enggak bu'. Faizah enggak kenapa-napa kok hehehe
Saya tersenyum malu...
***

Sejak saat itu saya aktif mengikuti kegiatan kerohanian dan memutuskan untuk menjadi anggota ROHIS Sekolah hingga sekarang.

ROHIS..

Organisasi yang membentuk karakter dan akhlak mulia, mengingatkan ketika lupa, mengajarkan tentang arti sebuah ikatan atas dasar iman, serta saling menasihati dalam kebaikan. 

Entah apa jadinya kalau  tidak mengenal ROHIS..

Terima kasih untuk murobbiyah tercinta..
Terima kasih sahabat-sahabat seperjuangan..
Terima kasih ROHIS..

Tidak ada komentar: