Selasa, 26 Mei 2015

Tanah Kering Mencintai Embun

Aku ingin mencintai kau sebagaimana tanah kering mencintai embun. Kau tahu ? Tanah kering membutuhkan setetes kesejukkan, kesegaran, yang semuanya bisa didapatkan dari embun. Sebagaimana aku membutuhkan kau.

Namun sayang, tanah tak mampu menyentuh embun yang berada jauh diatas permukaan daun. Dan kalaupun tanah mampu, ia pasti tak melakukan itu. Seperti aku yang tak mampu menyentuh kau. Dan meskipun aku mampu, aku tak mau. Aku tak mau Allah membenciku.


Mengapa ? Karena tanah tak ingin sentuhan itu memecahkan butiran embun menjadi air biasa, tak ingin merusak. Sebagaimana aku mencintai kau kanda, sungguh aku tak ingin merusak kau. Merusak apa yang telah kau jaga. Iman.

Dan kau harus tahu, sampai kapan pun tanah akan tetap menunggu. Membiarkan embun bening menyejukkan alam, mengantung diujung-ujung dedaunan, menunggu hingga ia jatuh. Aku ingin seperti tanah, selalu menunggu kau hingga masanya tiba. Membiarkan kau dalam kebebasan, kebebasan melakukan kebaikan dan memperbaiki diri. Menunggu dalam ketaatan.

Tanah berharap pada akhirnya embun akan jatuh tepat di atas permukaan tanah. Meresap dalam. Meski tak menutup kemungkinan embun menguap, habis diserap matahari. Seperti juga aku, berharap kita akan bersama. Meski tak menutup kemungkinan kau ditakdirkan dengan yang lain.



Meski tanah tak pernah menyentuh embun,

Meski tanah tak pernah sekalipun menatap embun,

Meski tanah dan embun terpisah oleh jarak yang jauh,


Meski tanah tak tau embun mana yang ia maksud diantara banyaknya bulir embun.

Tanah kering akan selalu menunggu, bersiap atas segala kemungkinan, dengan bekal keikhlasan.
Kau tahu ? Aku berusaha mencintai kau sebagaimana tanah kering mencintai embun. Masih berusaha.

RA

Tidak ada komentar: