Memori adalah sesuatu yang aneh, dia sangat berat ketika dilupakan
dan datang begitu cepat saat dipancing oleh sesuatu. Entah itu perasaan,
kejadian, nama, atau aroma kaos kaki -mungkin.
Waktu. Dia lebih
seperti misteri. Tak selalunya waktu bisa dijadikan barometer kedalaman
dan kekuatan. Hmm, bukan itu yang ku maksud. Aku tidak bicara soal
echosounder yang bisa mengukur kedalaman laut. Atau seismometer untuk
tahu seberapa kuatnya gempa.
Lebih dari itu...
Bahwa ternyata waktu yang lama tidak menentukan kedalaman dan kekuatan
suatu pemahaman dalam ikatan.Di sisi lain, ada orang-orang yang baru kenal kemudian bisa saling memahami-pemahaman yang dalam dan saling terikat -pada ikatan yang kuat.
Waktu. Dia adalah obat bagi orang paling tersakiti, yang mereka bilang sakitnya lebih mengerikan dibanding sakit gigi. Aku tahu, ramuan waktu dan jarak perlahan-lahan akan mengobati hati yang benci menjadi rindu. Tapi bukankah tidak baik terus-terusan meminum obat ? Bukankah tidak baik jika terus membenci dan mengambil jarak ?
Duhai, lupakah memori akan pesan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ?
"Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus". [Muttafaqun 'alaihi]
"Jika saat ini benang yang kita rajut puluhan hari tiba-tiba saja terputus, setidaknya waktu dan jarak telah mencoba untuk merajutnya kembali."
Sajak untuk sahabat
Balikpapan
27 Agustus 2015
Hari dimana RA menatap dua bola mata bunda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar